Powered By Blogger

Selasa, 20 September 2011

PASKA RAMADHAN



إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Kini kita tengah berada di Jum'at ketiga pada bulan Syawal 1432 H. kurang lebih 15 hari sudah Ramadhan meninggalkan kita. Tanpa adanya kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, memenuhi nuansa ibadah yang dibawanya, ataukah justru Allah telah memanggil kita.
Kita juga tidak pernah tahu dan tidak pernah mendapat kepastian apakah ibadah-ibadah kita selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Dua ketidakpastian inilah yang membuat sebagian salafus shalih berdoa selama enam bulan sejak Syawal hingga Rabiul Awal agar ibadahnya selama bulan Ramadhan diterima, lalu dari Rabiul Awal hingga sya'ban berdoa agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Arti syawal adalah peningkatan. Demikianlah seharusnya. Paska Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat taqwa, menjadi muttaqin. Hingga mulai bulan Syawal kualitasnya meningkat. Kualitas ibadah, juga kualitas diri seseorang.
Bukankah orang kemuliaan seseorang tergantung pada ketaqwaannya?

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu ialah orang yang paling bertaqwa… (QS. Al-Hujurat:13)
Akan tetapi, mari kita jujur pada diri kita sendiri, yang kita rasakan dan kita lihat justru sebaliknya. Syawal menjadi bulan penurunan. Penurunan ibadah, juga penurunan kualitas diri. Diantara indikatornya yang sangat jelas adalah masjid-masjid mushollah2 kembali sepi dari jamaah shalat lima waktu. Umpatan, luapan emosional, dan kemarahan kembali "membudaya". Kepedulian kepada orang sudah tergantikan dengan iri dengki hasut kepada orang lain, infaq/shodaqoh/amal jariyah jadi harapan yang sulit datang kepada masjid-masjid, orang miskin, anak yatim piatu, janda yang tidak mampu,
ASTAGHFIRULLOHAL ’AZHIMM
LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZHOOLIMIIN
Tiada tuhan selain Engkau Ya Alloh, MahaSuci Alloh sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dholim
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
janganlah malu, jangan sungkan, janganlah takut, untuk mengucapkan ASTAGHFIRULLOHAL ’AZHIMM
LA ILAHA ILLA ANTA SUBHANAKA INNI KUNTU MINAZHOOLIMIIN
Karena kita sering menganiaya diri sendiri dengan menjauhkan diri dari ruhnya ramadhan yang penuh rahmat, ampunan, dan dijauhkannya dari api neraka

ini menunjukkan kepada kita, bahwa puasa kita masih jauh dari apa yg diharapkan oleh Alloh dan RosulNYA. Untuk meraih derajat taqwa, atau mendekatinya. Fenomena itu menjadi indikator yang mudah diketahui oleh siapa saja yang mau memperhatikan dengan seksama. Kita juga bisa menggunakan hadits Nabi sebagai kaidah yang seharusnya kita perhatikan sebaik-baiknya: "Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka celakalah ia."

Lalu bagaimana kita seorang muslim di bulan Syawal ini? Berangkat dari kaidah umum dari hadits Nabi tersebut, dan sekaligus sejalan dengan makna syawal, maka harus ada peningkatan di bulan ini. Dan peningkatan itu tidak lain adalah berangkat dari sikap istiqamah.
Menetapi agama Allah, berjalan lurus di atas ajarannya.

Maka istiqamahlah kamu, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud : 112)

Bentuk sikap istiqamah ini dalam amal adalah dengan mengerjakannya secara kontinyu, terus-menerus.

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

Sesungguhnya amal yang paling dicintai Allah adalah yang terus menerus (kontinyu) meskipun sedikit (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka amal-amal yang telah kita biasakan di bulan Ramadhan, hendaknya tetap dipertahankan selama bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya. Membaca Al Qur’an dulu setiap hari kita lakukan kita pertahankan. Shalat-shalat sunah yang sebelumnya kita selalu kerjakan, mari kita paksakan diri kita untuk suka mendirikan sholat-sholat sunnah. Gemar Infaq dan shadaqah kita pertahankan dan kita budayakan pada keluarga kita masing-masing. Demikian pula nilai-nilai keimanan yang tumbuh kuat di bulan Ramadhan. kita tak takut lapar dan sakit karena kita bergantung pada Allah selama puasa Ramadhan. Kita tidak memerlukan pengawasan siapapun untuk memastikan puasa kita berlangsung tanpa adanya hal yang membatalkan sebab kita yakin akan pengawasan Allah (ma'iyatullah). Kita juga dibiasakan berlaku ikhlas dalam puasa tanpa perlu mengumumkan puasa kita pada siapapun. keyakinan, keikhlasan hendaknya tetap ada dalam bulan Syawal. Jangan hilang seketika!

Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Jika kita istiqamah, maka Allah SWT menjanjikan tiga keistimewaan yang akan kita dapatkan.
Ketiganya difirmankan Allah dalam satu ayat yang sama, yaitu dalam firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushilat : 30)

Ketika ulama salaf menafsirkan ayat ini, merujuk pada hadits bahwa malaikat itu datang ketika seorang mukmin dalam kondisi sakaratul maut. Sedangkan ulama muta'akhirin mengatakan bahwa ketiganya -asy-syaja'ah (keberanian), al-ithmi'nan (ketenangan), dan at-tafa'ul (optimis)- juga bisa dirasakan mukmin dalam kehidupan ini.

Ketika kita sudah mengatakan Tuhan ku adalah Alloh lalu kita istiiqomah maka LA TAKHOF = janganlah kamu takut INNALLOHA MANGANA,
WALA TAHZANU= janganlah merasa sedih, karena kita yakin semua adalah milik Alloh berjalan dengan IrodatNYA Alloh,
WA ABSYIRUU BIL JANNATILLATII KUNTUM TUNGADUUN= dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu, AMANTU BILLAH LALU ISTIQOMAH maka surgalah tempatnya

Ma’asyirol Muslim Raohimakumulloh
Islam tidak menghendaki kita hanya sekedar menjadi seseorang yang taat musiman hanya pada suatu saat, dan tidak taat di saat atau musim yang lain. Seorang anak Adam sebetulnya merupakan hitungan hari dan waktu. Maksudnya kehidupan anak Adam adalah hitungan waktu dan hari. Hari berganti menjadi hari yang lainnya, hari berkumpul menjadi minggu, minggu menjadi bulan dan seterusnya. Dan setiap anak adam telah ditentukan batas waktunya……kematian adalah penentunya. Hidupnya dibatasi oleh kematian, sesuatu yang tidak tahu kapan akan datang menjemput. Bisa dimengerti kenapa kita harus senantiasa taat dan beriman kepadaNya sepanjang waktu, sehingga maut menjemput dirinya dalam keadaan siap dan tidak sebaliknya.


Jama'ah Sidang jum'at Rohimakumulloh
isi khutbah ini adalah untuk saling mengingkatkan bukan berarti
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Isi khutbah ini adalah untuk saling mengingatkan terutama pada diri saya, pada diri saya pada diri saya , ini berarti yang mebacakan khutbah ini lebih mampu, lebih bisa, lebih alim, ini semata-mata firman Alloh SWT. Dalam Qur’an surat 103. Al ´Ashr ayat 1-3

 Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Mudah-mudahan Rabbana Alloh subhanallohu wata’ala memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu lagi dengan bulan yang agung, yaitu bulan suci Ramadhan di tahun-tahun yang akan datang..amiin ya Rabbal ‘alamiin
Dan semoga segala dosa-dosa kita diampuni, dan diterimanya amal ibadah kita selama Ramadhan yang baru lalu ini. Dan memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa bisa menjaga suasana Ramadhan dalam bulan-bulan yang lainnya. Ya Allah ya Rabbi,
.بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.